Kamis, 30 Mei 2013

Gerabah dan Sampah

“Wah..? Ini ubin? Ubin gerabah?” Saya menemukan satu bentuk ubin persegi yang unik berbahan gerabah, ketika suatu siang berjalan-jalan di Desa Jatisura, Jatiwangi yang dipandu oleh Evni. Awal Mei yang lalu, saya bersama Sugeng Riyadi, mendapatkan kesempatan untuk berbagi cerita tentang bahaya dan pengolahan sampah elektronik di desa ini. Sabtu (4/5/2013) itu, kami bersama Kak Rima dan Mbak Anitha, menengok beberapa pabrik pembuatan gerabah. Ya, desa ini, khususnya di Kecamatan Jatiwangi, terkenal dengan produksi genteng gerabahnya. Ternyata, tak hanya itu. Masyarakat Jatisura, khususnya yang digawangi oleh JAF (Jatiwangi Art Factory)juga memroduksi alat musik yang disebut Sadatana.

Ubin Gerabah Jatisura.
Tiga hari di Jatisura, menyaksikan dari dekat aktivitas keseharian masyarakat desa sungguh terasa berbeda. Terlebih lagi dengan perayaan ulang tahun desa ini yang ke-111. Alun-alun desa semakin ramai. Musik, video, jajanan, oleh-oleh, tersedia di sini. Kegembiraan dan obrolan hangat pun terjalin.

Seperti tulisan yang telah di-posting sebelumnya, workshop dari Kundi Craft telah berlangsung dengan penuh semangat. Seusainya pun, tak disangka terdapat ide untuk membuat suatu kreasi berkombinasi dari gerabah dan sampah elektronik. Kemudian.. pagi menjelang keberangkatan kembali ke Bandung, Mas Sugeng membuat sebuah produk, berupa lampu dekor atau lampu dinding. Lampu ini berbahan dasar genteng Jatisura, plat alumunium dari bangkai VCD, sampah botol kaca, kabel, dan sekrup. Tadaaaa... 


Gerabah dan sampah = Lampu unik!

Lampu dekor kombinasi genteng gerabah dan sampah.



















Maka, bolehlah kiranya, untuk produk yang satu ini kita bersulang (lagi) :) Cheers!

—Kundi Craft—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar