Jumat, 31 Mei 2013

Integrated Circuit, Integrated Pattern

Jika udang bersembunyi di balik gurihnya bakwan, maka ternyata ada pola unik yang terpendam, tersembunyi pula pada sebentuk IC (Integrated Circuit). Sebagai regulator (pengatur), IC yang kaki-kakinya terpancang kuat pada lembaran PCB (Printed Circuit Board), menyimpan pola atau motif yang rumit. Garis-garis putih atau merah tembaganya menampilkan detail tertentu jalur data tersebut.

Kami takjub menyaksikan performa jalur pengaturan daya yang tersimpan di dalam IC. Banyak yang memiliki motif berbeda satu sama lainnya. Seolah jaring laba-laba itu bukan maya semata, tetapi tampak jelas dan nyata. Mereka unik, rumit, sekaligus elok rupa. Pada komrads sekalian, selamat menikmati produk Kundi Craft yang satu ini. Cheers! :)


—Kundi Craft—


Unik, IC (Integrated Circuit) yang berpola.

Menilik dengan seksama.. :)

Four Pillars of Strong Cup. It's big cheers everyone! Status: Available. Rp 45.000,-
Long Road. You're not alone, I'm here. Status: Available. Rp 35.000,-

Mr. Crab's Feet. Dare to count me? :D Status: Available. Rp 35.000,-

Twins Lines. Just two sides of us. Status: Available. Rp 35.000,-


Long Neck Labirin. Don't worry, everything is gonna be alright. One condition, relaxing your mind.
Status: Available. Rp 45.000,-


The Crowded Alley. Sempit, tapi tak sesak. Ramai menghangatkan. Status: Available. Rp 40.000,-


Dots and Lines. What kind of messages which I delivered? Status: Available. Rp 35.000,-
Red Guardian. So, tell me, what your biggest fear? Status: Available. Rp 45.000,-

Kamis, 30 Mei 2013

Gerabah dan Sampah

“Wah..? Ini ubin? Ubin gerabah?” Saya menemukan satu bentuk ubin persegi yang unik berbahan gerabah, ketika suatu siang berjalan-jalan di Desa Jatisura, Jatiwangi yang dipandu oleh Evni. Awal Mei yang lalu, saya bersama Sugeng Riyadi, mendapatkan kesempatan untuk berbagi cerita tentang bahaya dan pengolahan sampah elektronik di desa ini. Sabtu (4/5/2013) itu, kami bersama Kak Rima dan Mbak Anitha, menengok beberapa pabrik pembuatan gerabah. Ya, desa ini, khususnya di Kecamatan Jatiwangi, terkenal dengan produksi genteng gerabahnya. Ternyata, tak hanya itu. Masyarakat Jatisura, khususnya yang digawangi oleh JAF (Jatiwangi Art Factory)juga memroduksi alat musik yang disebut Sadatana.

Ubin Gerabah Jatisura.
Tiga hari di Jatisura, menyaksikan dari dekat aktivitas keseharian masyarakat desa sungguh terasa berbeda. Terlebih lagi dengan perayaan ulang tahun desa ini yang ke-111. Alun-alun desa semakin ramai. Musik, video, jajanan, oleh-oleh, tersedia di sini. Kegembiraan dan obrolan hangat pun terjalin.

Seperti tulisan yang telah di-posting sebelumnya, workshop dari Kundi Craft telah berlangsung dengan penuh semangat. Seusainya pun, tak disangka terdapat ide untuk membuat suatu kreasi berkombinasi dari gerabah dan sampah elektronik. Kemudian.. pagi menjelang keberangkatan kembali ke Bandung, Mas Sugeng membuat sebuah produk, berupa lampu dekor atau lampu dinding. Lampu ini berbahan dasar genteng Jatisura, plat alumunium dari bangkai VCD, sampah botol kaca, kabel, dan sekrup. Tadaaaa... 


Gerabah dan sampah = Lampu unik!

Lampu dekor kombinasi genteng gerabah dan sampah.



















Maka, bolehlah kiranya, untuk produk yang satu ini kita bersulang (lagi) :) Cheers!

—Kundi Craft—

Selasa, 28 Mei 2013

111 Tahun Jatisura: Nasgitel!


Semilir angin menerpa wajah kami ketika duduk di dalam becak, menuju Alun-alun Desa Jatisura, Jatiwangi. Ada penat yang sedikit memudar setelah 4 jam perjalanan dari Bandung. Entah karena becak, hembusan lembut angin sore itu, atau hangatnya terpaan sinar matahari yang menyambut kami.

Lebih daripada itu, Alun-alun Desa rupanya telah penuh dengan anak-anak sekolah dasar berbaju pramuka, berbaris rapi, fokus memainkan nada-nada marching band. Selamat datang, ini dia pembukaan acara Ulang Tahun Desa Jatisura yang ke-111, “Sebelum Semuanya Menjadi Seperti Jakarta”.

Sesaat turun dari becak, akhirnya kami bertemu dengan Kang Ismal Muntaha dan Evni. Alun-alun kian ramai dijambangi warga. Kami pun bersiap dengan stand yang sudah disediakan, memajang beberapa aksesoris hasil olahan sampah elektronik, alat-alat, serta bahan mentah yang ada. Kundi Craft akan turut serta ber-workshop di Ulang Tahun Jatisura. Malam ini akan dihabiskan dengan pagelaran wayang kulit yang tak sempat kami saksikan sampai usainya. Kantuk sudah duluan melanda.

Stand Kundi Craft di Alun-alun Desa Jatisura, 3/5/2013.
Esok siangnya, 4 Mei 2013, di Balai Desa berlangsung workshop kecil-kecilan pengolahan sampah elektronik menjadi aksesoris, dari Kundi Craft. Turut pula hadir Pak Ulis, sebagai salah satu warga Desa Jatisura yang juga fokus mengolah sampah plastik menjadi berbagai kerajinan. Serta Mbak Anitha dari Klub Pejalan Kaki (Manic Street Walkers) asal Surabaya. Teras Balai Desa siang itu diramaikan juga dengan anak-anak sekolah dan para remaja.

Suasana ketika workshop berlangsung di Balai Desa Jatisura, 4/5/2013.
Bermula dengan obrolan informasi tentang bahaya sampah elektronik, tim Kundi Craft kemudian mengolah monitor komputer dan VCD rusak—dikumpulkan oleh Pak Ulis—menjadi sesuatu yang baru dan unik. Dari sampah monitor, didapat slide gitar berbahan kaca. Sementara pengolahan layar monitor dapat dijadikan lampu ruangan.

Pada pembongkaran VCD, anak-anak duduk melingkar melihat proses pembongkaran. Disertai dengan penjelasan mengenai fungsi mainboard pada VCD, bagian IC-nya dapat dijadikan gantungan kunci. Lalu… “Siapa yang mau gantungan kunci?” ujar Sugeng Riyadi, salah satu Master Kundi Craft. Serentak anak-anak yang hadir menunjuk tangan mereka dengan semangat. Hehe J Setelah menunggu… aha! Jadilah satu gantungan kunci kecil dan unik berbahan IC. Mentereng komrads! Anak-anak lain yang hadir jadi ikut mengantri untuk mendapatkan gantungan kunci dari Kundi Craft.

Zaqiyyah Noor (kiri) bersama Master Kundi Craft, Sugeng Riyadi.
Workshop berakhir, dan kami kembali menuju stand. Masih ada beberapa anak yang ikut melihat-lihat stand Kundi Craft. Sore menjelang, check sound.. suara biola yang syahdu terdengar dari panggung. Acara akan dimulai lagi! Semangkuk Baso Sebreng, dari jejeran stand kuliner, akhirnya kami lahap hap hap. Sedap nikmat sambil menyusuri pandangan pada Alun-alun Desa.

Ada satu kata yang kami pikir cocok untuk Ulang Tahun Jatisura tahun ini: Nasgitel. Panas. Legit. Kental. Seperti teh yang panas, legit, dan kental. Panas Jatisura, yang ramai menghangatkan, bukan menyesakkan. Legit, seperti stand kuliner yang berjejer di Alun-alun Desa, menyemarakkan suasana. Kental, layaknya anak-anak desa yang enerjik dan penuh rasa ingin tahu. Pas seperti 111 Tahun Jatisura. Semoga semakin panas, legit, dan kental. Selamat ulang tahun Jatisura, dan terima kasih untuk kesempatan berbagi yang telah diberikan. Mari bersulang! J

—Kundi Craft—