Dimulai dari keinginan kami untuk melakukan daur ulang
dari sampah elektronik, kami melihat bahwa sampah tidaklah benar-benar sampah.
Mereka, dapat diolah kembali, “diangkat derajatnya” menjadi sesuatu yang dapat
dikonsumsi lagi oleh kita—manusia—yang menciptakan sekaligus mengonsumsinya. Bahkan,
dari proses pencarian dan penggalian, kami menemukan, sampah pada umumnya
ketika diolah tidak hanya kembali dalam bentuk bahan dasarnya, tetapi dapat
menjadi sesuatu yang baru. Benar-benar baru. Benarkah? Tentu saja ya.
Kami dapat mencontohkan, ketika botol-botol plastik
bekas minuman mineral yang terkumpul di tangan pengepul, setelah diproses,
plastik itu dapat kembali menjadi biji plastik. Itulah bentuk dasarnya. Begitu
pula halnya dengan sampah kertas. Setelah didaur ulang, mereka menjadi pulp alias bubur kertas dan kemudian
lahir sebagai bahan kertas lagi. Ini sebuah siklus, para pembaca! Hanya saja,
konsumsi manusia terus meningkat, perlu dilakukan percepatan dalam pengolahan
daur ulang sampah-sampah yang semakin menggunung ini.
Apa yang kemudian dilakukan? Mereka yang kreatif,
telah membuat sampah-sampah itu terlahir baru lagi. Tidak sebagai bahan dasar.
Tapi, menjadi sebentuk barang yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan
sehari-hari. Kami contohkan dengan produk tas jinjing, tas belanja, dompet
koin, dan berbagai produk lain yang merupakan hasil olahan dari sampah plastik
pembungkus makanan, sabun, deterjen, atau pewangi pakaian. Praktis, bermanfaat,
namun tetap gaya.
Ternyata, hal itu juga dapat dilakukan pada sampah
elektronik. Barangkali pembaca bertanya-tanya—dan kami harap
penasaran!—bagaimana kiranya, sampah elektronik seperti seperangkat komputer,
laptop, televisi, printer, dan masih banyak lagi, dapat kami jadikan komoditas
yang terlahir baru.
Pembaca yang budiman, banyak bagian sampah elektronik
itu yang bermuara menjadi bahan dasar. Sebut saja logam dan plastik yang mulanya
membangun seperangkat komputer. Mereka kembali ke bentuk awalnya: menjadi logam
dan plastik lagi. Namun, dalam proses identifikasi lebih lanjut, kami menemukan
tidak sedikit komponen tersebut yang sesungguhnya dapat dibentuk, dipoles, dan
di-make over. Berangkat dari
penggalian yang lebih dalam, akhirnya, mereka menjadi sesuatu yang tidak hanya
bermanfaat, tetapi juga menjadi produk yang unik, terbatas, dan bergaya.
Lalu, apa saja sampah elektronik yang sudah kami make over itu? Berselancarlah lebih
lanjut, dan temukan!
—Kundi Craft
Tidak ada komentar:
Posting Komentar